TAMAN KOTA (2)
Penulis : Lidwina Rohani
Beberapa tuna wisma terbangun dari alam mimpi mereka. Sebagian menyumpah marah karena kaget dengan teriakan panik Bono, sebagian hanya menoleh sebentar, menggerutu, dan melanjutkan tidur. Bono berlari kencang ke arah gerobak dorong Mbah Gani, penjaja kopi keliling yang masih terlihat melayani seorang pemuda ngopi di bawah pohon cemara.
“Mbah! Mbah Gani! A-ada ... itu, A-ada ....”
“Ada apa to, Bon? Sudah malam kok masih berkeliaran? Ndak pulang kamu?” hardik Mbah Gani menatap tajam.
“A-ada orang ma-mati, Mbah! Di-di sana! I-itu ... di sana,” terengah-engah Bono mengatur nafasnya, sambil menunjuk kebun kosong.
“Kowe mendem, to le?” ( kamu mabuk toh, nak? )
“Ya, ampun, Mbah!” pekik Bono putus asa, lalu bersimpuh jatuh ke rumput, tak kuat berdiri lagi. Keringat dingin membanjiri wajah dan tubuhnya. Mengalir deras tak bisa dicegah.
Pemuda yang baru saja akan menyeruput kopinya sontak meletakkan gelasnya kembali. Dia menarik lengan Bono, membantunya berdiri. Setelah beberapa saat menelisik wajah yang sangat ketakutan itu, hatinya langsung tergelitik ingin tahu.
“Ayo, antar aku memeriksanya.”
“Se-sekarang?” Mata Bono menyipit ngeri. Perutnya tiba-tiba merasa mual luar biasa.
“Tahun depan!” hardik Mbah Gani sambil melotot gemas. “Bocah gemblung! Ya sekarang toh, le! Mumpung ada Mas-nya yang mau memeriksa. Jangan-jangan kamu salah lihat,” sungut Mbah Gani garang.
“Ta-tapi aku takut, Mbah,” keluh Bono. Nyalinya menciut. Tapi pemuda itu tidak mau menunggu lebih lama lagi. Digandengnya Bono setengah paksa menuju ke arah kebun kosong. Sementara Mbah Gani ogah ketinggalan berita yang bisa jadi amat penting. Dia dengan sigap mengekor di belakang mereka. Tak lupa mengajak siapa saja yang ditemuinya di sepanjang jalan.
***
Malam ini taman kota tak lagi sepi. Begitu banyak polisi menyambangi kebun kosong di belakang taman kota itu. Saat ini otak Bono belum bekerja normal kembali. Dia hanya fokus sibuk mencuci tangannya di salah satu kran yang tersedia di taman kota. Dia merasa tangannya masih kotor berlumuran darah busuk dari sepotong tangan kecil yang tak sengaja dicabutnya dari dalam tanah di kebun kosong tadi. Mutilasi seorang anak gelandangan diperkirakan tiga hari yang lalu. Demikian kata para polisi tadi.
Komentar
Posting Komentar