ROMANSA ABU-ABU

ROMANSA ABU-ABU (2)

Penulis : Lidwina Rohani


Tante Rara. Seketika kepala Yoan melintas bayangan seorang wanita yang lembut dan penuh senyum. Tante Rara adalah sahabat ibunya, sekaligus mamanya Rei. Memang sudah lama Yoan tidak pernah lagi mengunjungi Tante Rara, sejak .... Ah, Yoan menghela nafas berat, dan mengalihkan tatapannya pada langit yang mendung. Dia berusaha untuk tidak mengingat-ingat lagi peristiwa yang menyakiti hatinya itu.

“Kau tidak apa-apa, Yo? Mau singgah ke rumahku dulu? Nanti aku yang mengantarmu pulang.” 

Yoan berusaha tersenyum, mencoba menampilkan bahwa dirinya baik-baik saja. 

“Tidak kangen Mama?” lanjut Rei. 

Yoan kembali tersenyum. Tentu saja dirinya merindukan Tante Rara. Sangat rindu. Tetapi tentu saja tidak diantar oleh Rei. 

 “Tidak bisa sekarang, Rei. Aku harus buru-buru pulang sekarang. Aku harus membantu ibuku membuat pesanan kue.”

“Baiklah, kalau begitu aku akan langsung mengantarmu pulang. Tunggu di pintu gerbang, aku ambil motor dulu.”

“Eh!” Yoan membelalak kaget. Ingin menolak sekali lagi. Dengan gugup Yoan meneriaki Rei yang sudah melesat pergi mendahului, menuju ke arah parkir motor sekolah. Tetapi rupanya Rei pura-pura tidak mendengar. Yoan tentu saja kesal, tetapi untuk melarikan diri mencegat angkot bersama teman-temannya yang lain, dia tidak punya nyali. Bagaimanapun juga, dia sudah mengenal Rei sejak kecil. Keras kepala dan tidak suka dibantah.

Sebenarnya apa maksud Rei? Apa alasan dia menolongnya tadi? Bukankah agar Tio tidak mendesak mengantar pulang? Tetapi mengapa justru sekarang dia yang begitu bersikeras ingin mengantarnya pulang? Ah, Rei memang sedikit menyebalkan. Tidak tahukah Rei, sikapnya itu bisa-bisa disalah artikan oleh banyak temannya? Padahal dia bisa pulang sendiri sejak Rio tidak bisa mengantarnya pulang lagi.

Ah, mengapa lagi-lagi Rio selalu muncul di pikirannya? Mengapa begitu sulit melupakan wajah yang teduh dan kalem itu? Sedang apa Rio sekarang, ya?

“Jadi Rei sekarang yang akan mengantarmu pulang?”

Yoan menoleh saat mendengar sapaan yang halus, dekat telinganya itu. Tania menatap Yoan dengan satu senyuman tipis. Bibir Tania memang tersenyum, tetapi matanya tidak. Yoan tahu siapa Tania. Dia gadis yang akhir-akhir ini dekat dengan Rei. Mata Tania menyiratkan sinar yang waspada. 

Yoan sudah menduga.

( Bersambung )

Cikarang, 210922


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fenomena Reading Slump

BASWARA (4)

LANGIT BIRU