AKU dan Tiara
AKU DAN TIARA
Penulis : Lidwina Rohani
Sejak aku mendengar satu dua kalimat teriakan emosi dari sepasang suami istri di mana aku menumpang tidur di rumah mereka, sejak itu pula aura suasana rumah itu menebar aroma suram dan mencengkam. Sepertinya pertengkaran suami istri di rumah megah ini, berlanjut dengan perang dingin yang menegangkan. Bapak Arya masih bertahan dengan style-nya dengan mengunci mulut rapat-rapat, sementara Ibu Maya bersikukuh bersikap masa bodoh di balik kemarahannya. Kedua suami istri itu sama-sama enggan bicara, tidak sudi bertegur sapa, dan sedapat mungkin menghindar bertemu satu sama lain.
Kalau sudah begini, aku adalah satu-satunya orang di rumah yang paling bingung, selain Mbok Mo. Bagaimana tidak bingung, jika tuan rumah tidak akur lagi dan tidak sudi bersapa satu sama lain. Selalu aku atau Mbok Mo yang menjadi sasaran juru bicara atas ketidaknyamanan situasi mereka. Sekalinya mereka terpaksa berbicara, gencatan senjata yang akan banyak beraksi, tak jarang disertai dengan barang pecah belah yang berseliweran di udara.
“Nik, Ibu jalan dulu. Ada meeting penting di kantor pagi ini.”
“Bapak juga sudah pergi, Bu. Tadi Bapak berpesan, kalau nanti tidak pulang. Ada dinas di luar kota dua hari.”
Wajah Bu Maya mengeras, entah apa yang ada dalam benaknya. Aku takut untuk menebaknya. Tapi Pak Arya sudah wanti-wanti, kalau pesannya harus disampaikan langsung.
“Oh iya, Bu, apa Ibu enggak sarapan dulu?” tanyaku dengan nada sopan dan halus.
Sudah beberapa hari ini Bu Maya selalu melewatkan sarapan yang sudah disiapkan oleh Mbok Mo sejak subuh tadi. Belakangan ini Bu Maya selalu berangkat ke kantor pagi-pagi sekali dengan terburu-buru, dan baru pulang ke rumah setelah hari sudah gelap. Sampai sekarang aku tidak pernah mengerti, mengapa masih ada banyak orang kaya yang serajin itu mencari uang. Kalau dipikir-pikir, sebenarnya siapa, sih, yang akan menikmati rumah besar, mobil mewah dan berbagai fasilitas kenyamanan di dalam rumah ini? Bukankah semua kenyamanan ini sebagian besar Mbok Mo, Pak Mo dan aku yang menikmatinya dari pagi hingga malam? Ah! Orang kaya apakah selalu aneh?
Cikarang, 010922
Komentar
Posting Komentar