PERMINTAAN (3)
Penulis : Lidwina Rohani
“Kau mau ke mana?” Birawa lagi-lagi menarik pergelangan tanganku. Ah, aku lupa. Ada satpam di belakangku. Tentu saja dengan sepasang mata cokelat muda yang selalu waspada mengawasiku dengan siaga penuh.
“Itu ... mau ke sana. Itu Melani, temanku.”
Birawa lalu melepas cekalannya setelah menatap arah yang aku tunjuk. Melihat sahabatku yang melambai centil itu, Birawa mengangguk samar. Duh, genit cara sekali Melani tebar pesona. Melani langsung terkekeh saat aku sudah berada di sampingnya.
“Di mana Mas Agung, Lin? Mengapa kau membawa buldog ganteng yang lain?” Melani yang sudah paham dengan peraturan kakakku, cekikikan geli. Aku mencubit lengan Melani sambil ikut cekikikan. Lalu tiba-tiba aku ingat akan misi yang sedang kami kerjakan berdua. Mataku sayu menatap Melani. Teringat kembali pada kecurigaan Melani pada teman salah satu kosnya, yang sudah sering dia ceritakan kepadaku.
“Gimana, Mel? Apa teman kosmu sudah datang juga?” bisikku sedikit cemas.
“Jihan? Sepertinya belum,” sahut Melani sama cemasnya. Melani bahkan menatapku lekat dengan sinar iba yang tak tersembunyi.
“Apa kau sudah siap seandainya dugaanku benar, Lin?” tanya Melani lirih sambil menggenggam erat jari tanganku.
Sekelebat bayangan sontak memenuhi pikiranku. Benarkah semua yang sudah diucapkan Melani itu? Benarkah? Perasaan sayang itu ibarat sekuntum bunga. Ya, bunga yang sudah lama aku rawat dan aku sirami dengan setia dan sepenuh hati, bagaimana kabarmu hari ini?
“Jihan, datang, Lin. Ada di belakangmu. Mereka menuju kemari.”
Melani melambai, memanggil teman satu kosnya. Aku benar-benar tidak berani memutar tubuh. Kakiku seperti berat oleh lilitan jangkar. Jihan kelihatan mendekat. Terdengar suaranya riang membalas sapaan Melani. Aku masih berdoa dalam hati, agar kecurigaan yang selama ini diceritakan Melani adalah salah paham yang tidak berarti.
“Sudah lama, Mel? Yuk, kenalan dulu, Mel. Gacoanku ini.”
Pasti Jihan sedang memperkenalkan kekasihnya pada Melani. Terdengar suara bariton yang memperkenalkan diri. Dan aku sudah tidak tahan lagi untuk tetap berdiam diri lagi. Jadi dengan susah payah aku membalikkan badan.
Jihan. Gadis manis yang ceria dan semampai. Memakai gaun terusan biru tua berkerah rendah, dengan ikat pinggang logam keperakan, sama seperti sepatu hak tingginya yang juga bernuansa keperakan. Berhias make up tipis, tetapi elegan, senada dengan warna gaunnya, sapuan lembut eye shadow biru tampak membuat gadis itu terlihat sempurna.
Komentar
Posting Komentar