JERAT (1)
JERAT
Penulis : Lidwina Ro
Ada apa dengan cinta? Apa yang salah dengan cinta? Lebih tepatnya lagi apa yang salah dengan diriku sehingga tidak bisa lepas dari pesona jerat cinta? Ih, sebenarnya memalukan kalau mengingat betapa aku sangat mengharapkan bisa sering dekat dengan orang yang aku sukai di setiap waktu. Di mana, ya, logikaku?
“Apa kamu betul-betul menyukai Adrian?” tanya Bima tanpa melihatku. Mulutnya penuh, sibuk mengunyah pentol bakso jumbo dengan lahap. Seperti biasa kami sedang makan bakso di kedai pak No, langganan kami.
“Bisa tidak, sih, makanmu pelan-pelan saja, Mas?” sungutku merasa risi dengan cara makan Bima.
Bima hanya menyeringai masa bodoh. Lalu melanjutkan makannya dengan lahap. Naning yang duduk di sisi Bima menyambut dengan tawa cekikikan. Kami memang bersahabat sejak aku dan Naning masih kelas satu SMA, sementara Bima dan kakakku Sardi di kelas tiga SMA. Sementara kakakku di terima bekerja di luar kota, kami bertiga masih sesekali makan dan nongkrong bersama bila ada waktu luang. Tidak masalah walaupun Bima sudah bekerja, sedangkan aku dan Naning masih kuliah. Di mana ada kesempatan, kami masih saja suka janjian bertemu. Selalu ada saja topik pembicaraan seru yang bakal kami obrolkan. Bima sudah seperti seorang kakak yang selalu bisa diandalkan. Kami berdua bisa leluasa bercerita apa saja pada Bima sesuka hati.
“Jadi? Kamu sudah yakin dengan Adrian?” Pertanyaan Bima berlanjut di sela-sela dia mengunyah pangsit yang renyah.
“Memang kenapa? Tumben Mas Bima membahas pacarnya Santa?” sahut Naning dengan sorot mata menyelidik.
Aku meletakkan sendok, batal menyeruput kuah bakso yang sudah beberapa kali kutiup supaya tidak terlalu panas. Naning benar, mengapa Bima tumben bertanya tentang Adrian.
“Ada apa, Mas Bim?” tanyaku datar, berharap bukan hal penting yang akan dia sampaikan.
“Apa kamu sudah yakin jalan dengan Adrian?” ulang Bima lagi, tanpa ekspresi.
Aku mengangguk ragu. Meskipun aku langsung merasa ada sesuatu yang disembunyikan di balik wajah tampan yang dibingkai dengan rahang kuat itu, aku pura-pura bersikap biasa.
“Apa kamu tahu Adrian juga yakin jalan denganmu?”
Komentar
Posting Komentar