DI BALIK PELANGI
DI BALIK PELANGI
Penulis : Lidwina Ro
Ketukan pada pintu utama kembali terdengar. Sekilas ada bayangan di balik gorden dekat pintu masuk. Tidak terlalu nyata karena terhalang gorden. Jam dinding menunjukkan pukul sembilan malam lewat. Huh! Semalam ini masih ada orang yang ingin bertamu?
Dengan setengah hati kakiku menggaet sandal jepit kuning yang tergeletak tak jauh dari meja ruang tengah, lalu berdiri meletakkan remot TV di sofa. Bergegas aku membuka pintu dengan sedikit menggerutu. Meninggalkan talkshow yang sedang tayang seru di televisi. Menyebalkan memang.
Siapa sebenarnya yang mengetuk pintu terus menerus ini? Apa tidak tahu kalau sekarang sudah terlalu malam untuk bertamu ke rumah seseorang? Dengan sedikit penasaran aku memutar kunci dan ... sosok menjulang tinggi sudah menantiku dengan sepasang mata yang menatap tajam.
Bola mataku membesar, menatap tidak percaya pada sang tamu yang melipat kedua tangannya di depan dada. Tak sadar kakiku mundur selangkah. Entah mengapa kedua tanganku mendadak menjadi dingin. Ya, Tuhan .... mengapa hatiku selalu berdebar keras bila melihat wajah ini. Sudah mulai gilakah aku?
“Gading? A-ada apa?” Tiba-tiba suaraku bergetar. Cepat-cepat aku membuang wajah, tidak ingin mata yang tajam itu sampai menembus dan merobek-robek hatiku dengan mudah.
“Sudah aku duga kau belum tidur, Na.”
Aku segera mencium aroma tidak menyenangkan pada suara bariton Gading yang bernada rendah itu.
“Mengapa kau tidak pernah membalas chat-ku atau mengangkat teleponku, Na?” tanya Gading sambil mendorong daun pintu sampai hampir menyentuh tembok, lalu masuk ke dalam rumah dengan santai. Aku pun hanya mampu mundur dan memberi jalan. Kakiku sendiri membeku, seolah dengan rela menyatu pada lantai.
“A-aku ....”
Aduh, betapa sulitnya ini. Karena aku memang menghindari berbicara sok akrab dengan Gading, jadi aku tidak tahu lagi alasan apa yang sesuai, yang masuk akal, yang akan aku sampaikan pada lelaki bertubuh tinggi itu. Dan bagaimana cara aku menjelaskan semua ini pada Gading? Ah, aku belum menemukan caranya.
“Liona?” Suara bariton itu mengusikku sekali lagi, membuat aku sedikit terjingkat kaget. Menemukan Gading sudah duduk di sofa dengan menyilangkan sebelah kaki, membuatku semakin kalut.
(Bersambung)
Cikarang, 280822
Komentar
Posting Komentar