BUNGA


 BUNGA

Penulis : Lidwina Rohani


Mimpi buruk selalu menghampiriku bila di tinggal dinas malam oleh Mas Erik. Belum lagi sakit kepalaku yang kumat. Selalu begitu. Menyebalkan! Entah mengapa belakangan ini, aku selalu dihantui oleh mimpi buruk. Seolah dikepung dengan suara-suara tembang Jawa yang sangat lirih dan meresahkan.  Sampai-sampai aku terbangun dari tidur dan berkeringat dingin.

Ah, lebih baik menyegarkan tenggorokan yang kering ini dulu. Aku pun bangkit dari kasur, dan menuju ruang makan. Sambil meneguk habis segelas air putih, tidak sengaja mataku menatap kamar Bunga yang sedikit terbuka. Sinar lampu dari arah kamar Bunga tampak benderang, menyeruak di antara celah pintu. Heh? Mengapa pintu kamar Bunga anakku bisa terbuka, ya? Dan apakah Bunga ...

Tiba-tiba ada perasaan tidak enak menyelinap. Merambat perlahan tapi pasti. Mengajak halusinasi berkreasi tidak pasti. Ah, lebih baik aku memeriksa kamar Bunga yang terbuka. Aku lekas meletakkan gelas, dan bergegas menuju ke kamar Bunga.

Dan benar saja! Bunga tidak berada di tempat tidur. Bahkan sulungku, Mega, yang tidur sekamar bersama Bunga, juga tidak ada. Bahkan adikku Via yang aku suruh menemani anak-anakku juga tak tampak. Ke mana mereka semua di tengah malam seperti ini? Apa aku menelepon Mas Erik saja, ya? Ah, tapi pasti memakan waktu lama. 

Bergegas aku menghampiri ruang tamu, mencoba mencari mereka. Tanpa pikir panjang aku membuka pintu depan, dan ... aku seketika membeku di tempat. Ini adalah yang ke sekian kalinya aku melihat Bunga bermain di teras sendirian. Di tengah malam pula!

“Bu-Bunga? Mengapa malam-malam bermain di luar, Sayang?”

Bunga menoleh, menatapku lugu dengan sepasang mata bolanya. Lalu senyum Bunga mengembang. Tidak menjawab, malah meneruskan bermain boneka dengan bersenandung lirih. Otakku yang semula berkumpul jadi satu, sekarang perlahan-lahan mencair, demi mendengar nada yang sayup-sayup keluar dari mulutnya. Tembang itu ... tembang itu sepertinya aku kenal. Sapuan angin malam yang menampar segera menyadarkan aku.

“Ayo masuk, Sayang, dan tidur kembali. Ini masih malam, bukan waktu untuk bermain. Ayo masuk.” Aku melebarkan pintu dan melangkah keluar.


Cikarang, 120822

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fenomena Reading Slump

BASWARA (4)

LANGIT BIRU