BUNGA (3)
BUNGA (3)
Penulis : Lidwina Rohani
“Mbak Vani sedang apa di teras? Tadi itu ... bicara dengan siapa?” tanya Via lagi penuh selidik. Lehernya menjulur ke teras, dan dengan tajam matanya mengedar ke sekeliling, seolah sedang memeriksa situasi di teras. Lebih tepatnya seperti mencari sesuatu.
“Tadi aku menyuruh Bunga masuk ke rumah. Dia bermain sendirian di teras, tadi dia ... tadi dia ada di situ ....”
Aku tergagap saat mengikuti arah pandangan Via ke teras, dan tidak menemukan Bunga di sana. Hei, di mana Bunga? Mengapa tidak ada siapa-siapa di teras? Hanya ada kursi teras rotan panjang dan sebuah meja kecil di sana. Lalu pergi ke mana Bunga? Seperti Via, mataku segera berkeliling, mencari sosok kecil mungil yang memeluk boneka. Ketika aku akan bergerak melangkah mencari di sekitar teras, dengan sigap tangan Via menahanku dengan erat. Aku kaget.
“Via, sungguh aku tadi melihat Bunga ... tadi Bunga ....”
“Mbak Vani!” bisik Via tertahan sambil matanya membola sempurna. Buru-buru Via menarikku masuk ke dalam rumah, dan cekatan mengunci pintu depan. Lalu mata Via menatapku lekat dan sendu. Aku segera memaksa mengumpulkan ingatan warasku. Ketika mata kami bertemu dalam satu titik, perlahan-lahan kepingan ingatanku mulai merekat satu demi satu. Aku mulai ingat, dan tahu dari mana sumber kepedihan hatiku.
“Bunga sudah bahagia di atas sana, Mbak Vani,” bisik Via sambil memelukku dengan erat, sekedar menenangkanku yang mulai bergetar menahan tangis. Lalu Via merenggangkan pelukannya. Dengan hati-hati adikku menghapus air mata yang sudah membasahi kedua pipiku, mengusap lembut rambutku, juga mencium pipiku sekilas. Seolah-olah sedang menyalurkan sebuah kekuatan baru untukku.
Kepingan memoriku perlahan-lahan mulai menyatu, dan kembali utuh sempurna. Seperti mendapat tempat yang nyaman, aku mulai terisak-isak di bahu adikku Via, sambil menyebut nama Tuhan dengan lirih. Sebait doa aku bisikkan penuh haru di sela-sela isak tangis untuk Bunga kecilku, sayangku, cintaku ... yang sudah dipanggil Tuhan sepuluh hari yang lalu. Apakah di surga sana Bunga merindukan aku, seperti aku yang sangat merindukannya? Maafkan Mama, Sayang, bila masih merindukanmu.
Cikarang, 140822
Komentar
Posting Komentar