Belajar Diksi, Puisi dan Senandika (5)
Day 11 #utang
UTANG YANG LUNAS
Penulis : Lidwina Ro
Bentala bertitah gelarkan kelasak bersila
Di bawah ceteri langit jingga gempita tanpa noda
Saksikan semua sajian tirta buana angkasa
Elok megah manjakan hasrat kalbu netra
Coba jelau yang terkapar di atas ranjang
Nafas satu persatu menanti terimpit gradasi semu bayang
Atau layangkan pandang pada semua jalang
Juga pada insan yang bersikeras menerjang kefasikan malang
Pada napas yang senantiasa membela raga
Juga cahaya yang ikhlas penuhi ceruk jiwa
Mahkota afiat adalah anugerah semata
Lalu nikmat mana yang berlumur dusta?
Selayaknya angkat pena, duduk mulai berhitung
Masihkah bertanya cara lunasi utang terselubung?
Sudah lunas, bisik langit jingga dengan lembut mesra bergaung
Hanya ikuti jalan-Ku, apakah lututmu rela bertelut mendukung?
Day 12. HIRAETH
HIRAETH
Penulis : Lidwina Ro
Langkahku meragu saat baskara masih lelap
Sewindu cukup sudah patahkan sayap
Meredam luka dalam sunyi membekap
Tenggelamkan perih sedu menjadi hirap
Dawai dalam relung hati ini perlahan landur
Gelebah mencari jejak sepanjang lajur
Merajuk bersemuka dengan rindu yang lebur
Titipkan bayu kidung rindu berbalut kenang membaur
Kusentuh daun puring yang berguguran
Pada serumpun bambu kuning kering yang tak lagi bertuan
Teras kosong dingin terbitkan kisah lama tanpa lisan
Yang tersisa kini hanya puing ribang serpihan
Pada aroma raksi bilikku, maafkan aku yang lama hilang
Apa daya sebait kenangan ini sekeras karang
Memaksa langkah untuk kembali datang
‘Tuk dekap sejenak hiraeth penuhi desau sedu yang membancang
Day 13. PEKERJAAN
Pertandingan
Penulis : Lidwina Ro
Ibukota adikara berbisik rayu pamerkan kekayaan
Penuh magnet tawarkan semarak kerja berbalut kemudahan
Jangan tertipu judi berseliraknya berjuta harapan
Gaung gelumat dahsyat dan mampu belokkan arah tujuan
Pada langkah kecil lugu yang memeluk asa tinggi
Jangan penuhi setiap mimpi dengan semua ambisi
Tak sudi tahan diri, menoleh apalagi kembali
Menerjang rintangan walau taruhannya belati
Benarlah ibukota lebih kejam dari ibu tiri
Benamkan jauh ke jurang dalam setiap insan yang lupa kendali
Ancai bila tak miliki kecerdasan, kecerdikan dan akal budi
Remuklah jiwa raga tak tersisa lagi
Jangan lupa ibukota juga punyai kotak pandora
Mungkin nasib bukan bersat semata
Melawan tantangan hanya lecut cambuk pemanis derita
Yang tawakal gigihlah berhak memenangi pertandingan bermakna
Cikarang, 14 Juni 2022
Komentar
Posting Komentar